Balkondes Wringinputih

Wringinputih, Magelang, Central Java, Indonesia

Pembuatan Gula jawa

Harjo Utomo beserta istrinya membuat gula jawa, yang dijual per kilo Rp 6.000,00. Usaha yang juga sudah lama dijalaninya, dalam 1 hari ia bisa membuat 3 kg gula jawa.

Batu Bata AT

Batu bata merk "AT" dari Magelang terkenal kekuatannya. Di Desa Wringinputih sebagian besar warganya membuat batu bata di halaman rumah. Salah satunya Harjo Utomo dari Dusun Gayu. Ia merintis usaha batu bata ini sejak 20 tahun lalu.
Pembuatan batu bata di dusun ini masih manual tidak memakai mesin. Dalam 1 bulan Harjo bisa membuat batu bata 10.000 buah jika cuaca tidak hujan, dan hanya sekitar 6.000 bata jika hujan. Dalam kesehariannya ia dibantu 2 orang yang mengolah tanah menjadi bata mentah. Pembelinya dari Wonosobo, Magelang, Jogja hingga Semarang.

Kerajinan Mainan Kereta Kuda

Kerajnan mainan anak kereta kuda terbuat dari gabus dan kawat, cara pembuatan masih secara manual, cetakan untuk kuda terbuat dari gabus dan semen buatan sendiri.
Sularmi memulai usaha kereta kuda den¬gan modal tekad dan kerja keras. Kini pemasaran kereta kudanya mencapai Purworejo, Solo, Jogja, dan Magelang. Dalam satu hari Sularmi bisa menghasilkan ratusan kereta kuda, dibantu keluarga dan tetangga. Usah¬anya sudah berjalan selama 3 tahun.

Keahliannya membuat mainan kereta kuda adalah otodidak. Sularmi merupakan salah satu dari 10 perajin mainan di Dusun Gayu. Mereka mengharapkan bantuan pembinaan dan permodalan, karena selama ini belum ada bantuan baik dari pemerintah maupun swasta. Ada beberapa jenis mainan yang dibuat di Dusun Gayu, di antaranya mainan bentuk pesawat (perajinnya Tuti Ariani), mainan kereta boneka Teletubbies dan truk (perajin Riyono).

Kerajinan Parut

Pembuatan parut kelapa buatan Juminten dimulai sejak tahun 2007, dalam pembuatannya ia dibantu Riyanah dan tetangga. Dalam satu hari ia bisa menghasilkan 40 parut. Parut kelapa buatan tangan Juminten dijual ke pasar-pasar sekitar Borobudur, Purworejo, dan Jogjakarta.
Bahan baku papan parut Juminten berasal dari kayu melinjo yang diambil dari sekitar wilayah Borobudur. Juminten menggunakan modal sendiri dan belum mendapatkan bantuan dari pemerintah desa, walau demikian Juminten tetap optimis untuk terus berproduksi.