Safari Gajah
Ketika Anda mengunjungi wilayah Borobudur tepatnya seputaran desa Wanurejo, terkadang kita dapat menemukan gajah-gajah yang kerap menjadi objek wisata di candi Borobudur. Gajah-gajah tersebut juga termasuk dalam wisata desa Wanurejo yaitu safari Gajah. Gajah-gajah tersebut memang didatangkan dari taman candi Borobudur yang juga menjadi kendaraan berkeliling
para wisatawan di candi Borobudur. Anda dapat merasakan mengendarai gajah berkeliling jalanan pedesaan Wanurejo yang masih asri.
Mata Air Umbul Tirta
Mata Air Umbul Tirta berjarak sekitar 1,5 km dari Candi Borobudur.
Dari penelitian yang dilakukan mahasis¬wa KKN UGM Fakultas Geologi tahun 2003, asal mula air Umbul Tirta berasal dari arah barat, tepatnya dari arah Candi Borobudur. Pada masa lalu air tersebut sering digunakan/diambil untuk kelengkapan upacara hari Tri Suci Waisak. Terakhir kali digunakan tahun 1992, sebelum pindah ke Jumprit, Kabupaten Temanggung.
Di areal Umbul Tirta ada sebidang tanah yang dahulu dibangun sebuah barak oleh Belan¬da yang digunakan untuk pengawasan lalu lintas darat jalur Jagalan-Borobudur. Kini masyarakat setempat lebih mengenal Umbul Tirta dengan sebutan Ngebrak.
Udan Mas Art Gallery
Udan Mas Gallery berada di jalan masuk kawasan Borobodur, sekitar 1 km dari Candi Borobudur. Toko barang antik yang buka hingga malam hari ini baru berdiri sekitar 1 tahun.
Koleksi yang dijual:
1. Keris baru (kumardikan) maupun lama (antik) dari berbagai tangguh/era: Ma¬japahit, Pajajaran, Pajang, Segaluh, Singosari, Hamengkubuwono, Pakubuwono, Amangkurat, serta berbagai tangguh/era di luar Jawa.
2. Berbagai macam pedang (tosan aji).
3. Patung-patung perunggu.
4. Aneka macam batik kuno dan baru (tulis dan cap).
5. Berbagai macam topeng.
6. Aksesori keris (warangka, pendok, mendok, dan pedur).
Tempat ini juga menerima jamasan (mem¬bersihkan/mencuci) keris/tosan aji. Pembeli di Udan Mas tidak hanya wisatawan lokal juga mancanegara dari Kanada, Prancis, Bel¬gia, Amerika, Korea, dll. Barang yang paling diminati pengunjung lokal adalah keris tua yang bertuah, atau seni ukir besi tempa
Makam/Petilasan BPH Tejokusuma (Mbah Wanu)
Makam yang dikeramatkan warga Desa Wanurejo ini adalah makam pendiri Kadipaten Wonorejo tanggal 17 Mei 1799. Ia adalah putra Sri Sultan HB ke-2 dari garwo ampean Mas Ajeng Rantamsari. Pada tahun 1799 ia diberi tanah perdikan bernama Wonorejo dekat Candi Borobudur. Saat berjuang bersa¬ma Pangeran Diponegoro ia memakai nama samaran Kyai Wanurejo. Tahun 1835 ia me¬ninggal, jabatan adipati pun diganti oleh Pati Cokro Pawiro. Untuk menghormati jasanya, nama samaran (Bendoro Pangeran Haryo) BPH Tejokusumo yaitu Kyai Wanurejo dia-badikan untuk mengganti Kadipaten Wo¬norejo, sekarang Desa Wanurejo.
Makam tersebut oleh pihak keraton di¬sebut petilasan karena pada masa pemerin¬tahan Sri Sultan HB ke-7 telah dipindah ke Makam Imogiri, makam keluarga Raja-raja Mataram Jogjakarta.
Galeri Rik-Rok
Keanekaragaman bentuk pensil gaul rik-rok cukup klasik dan menjadi ciri khas desa Wanurejo, sehingga banyak diminati oleh wisatawan asing. Wisatawan yang berkunjung dapat melihat langsung proses produksi maupun ikut terlibat mencoba membuat pensil gaul sesuai keinginan. Dari rik-roknya sendiri pun memberikan paket pembelajaran untuk pembuatan kerajinan bagi wisatawan yang berminat.