Melihat lebih dekat Desa Tanjungsari, si Balkondes Duta Menoreh
Desa Tanjungsari berjarak sekitar 3 km dari Candi Borobudur berlatar belakang Perbukitan Menoreh dan didukung oleh kondisi alamnya yang masih alami dan memiliki pemandangan alam yang indah mempesona. Mata pencaharian masyarakat Desa Tanjungsari bergantung pada kegiatan pertanian dan perkebunan antara lain menanam rambutan, cabai dan albasia serta tembakau. Beberapa masyarakat desa melakukan kegiatan usaha rumah tangga dengan usaha pembuatan tahu.
Dengan kondisi geografis yang masih alami tersebut, Desa Tanjungsari menawarkan pemandangan alam yang memukau mata. Jangan lewatkan kesempatan untuk menghirup udara segar khas pedesaan di tempat ini.
Selain bentang alamnya, desa Tanjungsari menyimpan banyak potensi wisata khususnya wisata sejarah. Sebanyak lima benda purbakala ditemukan di Desa Tanjungsari. Di antara kelima benda tersebut, terdapat dua kepala arca Buddha yang diduga merupakan bagian dari bangunan Candi Borobudur yang berdiri sekarang. Hal ini dikarenakan dua kepala arca Buddha itu memiliki lubang baut yang menjadi ciri khas arca-arca Candi Borobudur pada masa pemugaran tahun 1907-1911 oleh Pemerintah Hindia Belanda di bawah pimpinan Van Erp.
Balai Konservasi Peninggalan Borobudur juga meneliti ke tiga benda purbakala lainnya yang terdiri dari sebuah batu bersegi empat, satu potongan arca setengah badan, dan batu lonjong sejenis munthu, alat yang digunakan untuk menghaluskan cabai menjadi sambal. Benda-benda purbakala ini semuanya terbuat dari batu kuno asli, berabad-abad silam, yang sebelumnya, di desa -desa di sekitar candi hanya ditemukan batu-batu polos. Temuan benda-benda purbakala lumrah terjadi di Desa Tanjungsari yang hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Candi Borobudur.